Pages

Rabu, 25 Januari 2012

 SANG PEMIMPI   


     Sang Pemimpi adalah novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Juli 2006. Dalam novel ini Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan Arai.

Sinopsis

    Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita di jambi tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal- alter egonya Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat dan Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari, dari ketagihan mereka menonton film panas di bioskop dan akhirnya ketahuan guru mengaji mereka , kisah cinta Arai dan Jimbron, perpisahan Jimbron dengan ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang akhirnya membuat mereka berdua terpisah tetapi tetap akan bertemu di Perancis. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar , sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.

Tokoh-tokoh

Tokoh Utama

  1. Ikal adalah anak kampung yang miskin, sahabat Arai sekaligus saudara jauh Arai. Ia adalah sprinter di SMAnya, ia menampilkan kebolehannya ketika ia dikejar oleh Pak Mustar dkk.
  2. Arai adalah tokoh sentral dalam buku ini. Menjadi saudara angkat Ikal ketika kelas 3 SD saat ayahnya (satu-satunya anggota keluarga yang tersisa) meninggal dunia. Seseorang yang mampu melihat keindahan di balik sesuatu, sangat optimis dan selalu melihat suatu peristiwa dari kaca mata yang positif. Arai adalah sosok yang begitu spontan dan jenaka, seolah tak ada sesuatupun di dunia ini yang akan membuatnya sedih dan patah semangat.
  3. Jimbron, anak yatim piatu yang diasuh oleh seorang pastur Katolik bernama Geovanny.Laki-laki berwajah bayi dan bertubuh subur ini sangat polos. Segala hal tentang kuda adalah obsesinya, dan gagapnya berhubungan dengan sebuah peristiwa tragis yang memilukan yang dia alami ketika masih SD , dulu ayahnya sekarat di depan matanya maka ia membawa ayahnya dengan sepeda yang lajunya lama sampai di puskesmas ayahnya meninggal di depan matanya dan waktu ditanyai orang-orang di sudah terlanjur gagap karena terlalu banyak menangis sampai tersendat-sendat ia selalu berfikir jika saja waktu itu dia menaiki kuda pasti ayahnya tertolong. Jimbron adalah penyeimbang di antara Arai dan Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah sumber simpati dan kasih sayang dalam diri keduanya untuk menjaga dan melindunginya.

 Tokoh Lain

  1. Pendeta Geovanny, ia adalah seorang Katolik yang mengasuh Jimbron selepas kepergian kedua orangtua Jimbron. Meskipun berbeda agama dengan Jimbron, beliau tidak memaksakan Jimbron untuk turut menjadi umat Katolik. Bahkan beliau tidak pernah terlambat mengantar Jimbron pergi ke masjid untuk mengaji. Meski disebut Pendeta, Geovanny yang berdarah Italia ini adalah seorang Pastor.
  2. Pak Mustar M. Djai'din. BA. adalah salah satu pendiri SMA Negeri Manggar. Ia adalah wakil kepala sekolah SMA Negeri Manggar, seorang yang baik dan cukup sabar namun berubah menjadi tangan besi ketika anaknya sendiri justru tidak diterima masuk ke SMA tersebut karena NEMnya kurang 0,25 dari batas minimal. Terkenal dengan aturan-aturannya yang disiplin dan hukuman yang sangat berat. Namun sebenarnya beliau adalah pribadi yang sangat baik dan patut dicontoh.
  3. Pak Drs. Julian Ichsan Balia; Kepala Sekolah SMA Negeri Manggar. Laki-laki muda, tampan, lulusan IKIP Bandung yang masih memegang teguh idealisme. Ia mengajar di bidang seni.
  4. Nurmala; Zakiah Nurmala binti Berahim Mantarum,gadis pujaan Arai sejak pertama kali Arai melihatnya. Nurmala adalah gadis yang pandai, selalu menyandang ranking 1. Ia juga penggemar Ray Charles dengan lagunya "I Can't Stop Loving You" dan Nat King Cole dengan lagunya When I Fall in Love.
  5. Laksmi; gadis pujaan Jimbron. Telah kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal serta bekerja di sebuah pabrik cincau. Semenjak kepergian orangtuanya ia tidak pernah lagi tersenyum, walaupun senyumnya amat manis. Ia baru dapat tersenyum ketika Jimbron datang mengendarai sebuah kuda putih milik Capo.
  6. Capo Lam Nyet Pho; Seorang yang memungkinkan berbagai hal sebagai objek untuk bisnisnya. Bahkan ketika PN Timah terancam kolaps, ia melakukan ide untuk membuka peternakan kuda meskipun kuda adalah hewan yang asing bagi komunitas Melayu.
  7. Taikong Hamim; Guru mengaji di ma di kampung Gantung. Dikenal sebagai sosok nonkonfromis dan sering memberlakukan hukuman fisik kepada anak-anak yang melakukan kesalahan.
  8. Bang Zaitun; Seniman musik pemimpin sebuah kelompok Orkes Melayu. Dikenal sebagai orang yang pernah mempunyai banyak pacar dan hampir memiliki 5 istri. Sebenarnya kunci keberhasilannya dalam percintaan adalah sebuah gitar. Ia pun mengajarkan hal tersebut pada Arai yang sedang mabuk cinta dengan Nurmala.
  9. A Kiun; Gadis Hokian penjaga loket bioskop.
  10. Nurmi; Berbakat memainkan biola, mewarisi biola dan bakat dari kakeknya yang ketua kelompok gambus di Gantung. Nurmi adalah tetangga Arai dan Ikal, seumuran, dan dia adalah gadis yang sangat mencintai biola.
  11. Pak Cik Basman; Seorang tukang sobek karcis di sebuah bioskop di Belitong.
  12. A Siong; Pemilik toko kelontong tempat Ikal dan Arai berselisih tentang penggunaaan uang tabungan
  13. Deborah Wong; Istri A Siong dan ibu dari Mei Mei. Perempuan asal Hongkong yang tambun dan berkulit putih.
  14. Mei Mei; Gadis kecil anak Deborah Wong.

Selasa, 24 Januari 2012

HAFALAN SHALAT DELISA  


       Novel yang sudah memasuki cetakan keempaat ini (cetakan pertamanya tahun 2005) mengambil setting daerah bernama Lhok Nga (bener ga ya tulisannya .. ?) yang menjadi salah satu daerah korban tsunami tahun 2004 lalu. Mengisahkan tentang seorang anak berumur 6 tahun yang pada awalnya hidup di keluarga bahagia bersama orang tua dan ketiga kakak perempuannya. Keluarga yang hampir sempurna saya rasa, karena kehidupan yang cukup mapan, berada di lingkungan yang baik dan penuh nuansa islami (Dan tidak jauh dari kebanyakan hubungan persaudaraan yang diselingi pertengkaran kecil sesama saudara yang tentu saja). Dari yang saya tangkap di novel itu, di daerah Lhok Nga ada semacam kebiasaan dari masyarakatnya untuk memasukkan anak mereka ke semacam TPA (selain sekolah negeri). Hal ini mengingatkan saya pada kebiasaan di daerah saya yang hampir sama di mana kami diharuskan mengikuti pendidikan agama tambahan di MDA yang terpisah dari sekolah negeri. Pendidikan tambahan yang mengajarkan membaca al quran dan ilmu-ilmu islam lainnya (aqidah, akhlak, tarikh islam, bahasa arab dsb).
      Anak yang bernama delisa itu harus menyelesaikan hafalan shalatnya yang akan disetor pada Ibu Guru Nur untuk nanti mendapat piagam kelulusan. Bunda delisa pun menjanjikan hadiah sebuah kalung emas 2 gram yang memiliki liontin D (D untuk Delisa) jika hafalan shalatnya terpenuhi. Oleh karena iming-iming hadiah itu, delisa sangat bersemangat untuk menghafal bacaaan shalat. Walaupun pada awalnya sulit dan seringkali terbalik-balik, dengan bantuan kakak-kakaknya, akhirnya delisa siap mengikuti ujian hafalan shalat yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2004 (hari terjadinya tsunami). Ketika delisa sedang mempraktekkan shalat, terjadi gempa dahsyat di aceh. Walaupun terjadi gempa, dan tangannya terluka terkena benda yang jatuh, delisa tetap berupaya melanjutkan shalatnya (Guru TPA nya pernah berkisah tentang sahabat nabi yang sangat khusuk dalam melaksanakan shalat sehingga tidak terganggu hal-hal lain, dan delisa ingen mempraktekkan shalat seperti beliau). Namun, menjelang gerakan sujud, tsunami menerpa aceh dan bacaannya terhenti karena delisa tak sadarkan diri.
       Ketika sadar, delisa ternyata kehilangan banyak hal: bunda dan kakak-kakaknya, sebelah kakinya dan hafalan shalatnya. Yang membuat saya sangat tersentuh adalah, kehilangan segalanya tidak membuatnya hancur, seorang anak berumur 6 tahun mengajarkan bagaimana ikhlasnya melepas hal-hal yang berharga dalam hidupnya. Bahkan yang membuat dia paling sedih adalah kehilangan hafalan shalatnya (sesuatu yang mungkin tidak akan menjadi prioritas sebagian besar dari kita pada umur 6 tahun ketika kehilangan semuanya).
Pada akhir novel diceritakan penyebab hafalan shalat itu hilang adalah karena sebelum bencana tsunami terjadi, delisa menghafal bacaan shalat karena iming-iming hadiah, bukan ikhlas karena Allah. Ketika dia menyadari hal itu dan menyatakan tidak menginginkan hadiah kalung tsb, bacaan shalat itu seolah-olah bicara padanya. Akhirnya delisa bisa menyempurnakan shalatnya. Pada saat itu Allah memberikan hadiah besar padanya. Ia menemukan jasad (tulang belulang) bundanya yang selama ini hilang akibat tsunami dalam keadaan memegang kalung yang akan dihadiahkan padanya itu.
Beberapa hal menarik yang saya baca dari novel ini:
  • Seorang anak dengan keluguannya, ikhlas menerima segala ketentuan Allah. Sedangkan saya pribadi masih seringkali kecewa karena tidak memperoleh yang saya inginkan
  • Bagimana besarnya rasa bersalah delisa, ketika telah melakukan penipuan kecil pada orang-orang terdekatnya : mengucapkan ‘delisa sayang bunda karena Allah’ karena di suruh guru TPA bukan kerena inisiatifnya sendiri, menghafal bacaaan shalat karena iming-iming hadiah dsb. Dan kadangkala kebanyakan kita tidak merasa berdosa ketika ‘melakukan kebohongan kecil’ itu